Home » » BANGKIT WIBISONO | BUNTELAN KARUNG HITAM??

BANGKIT WIBISONO | BUNTELAN KARUNG HITAM??

asdasd | 02.01 | 0 komentar
Sebenarnya aku lebih suka membaca dibanding menulis, tapi karena aku
ingin kau juga menikmati serunya membaca, maka aku posting sedikit kisah
yang aku baca tempo hari dari buku bukan untuk dibaca karya
Deassy M. Destiani. Jujur aku terinspirasi dari buku ini, meskipun tidak
semua isi dari buku ini adalah karya penulis, tapi buku ini mampu
terjual laris, bahkan kini sudah terbit edisi kedua, dan aku blm
memilikinya. Lain kali Insya Alloh akan kumiliki, kau juga sebaiknya
mulai mencari, ini buku yang bagus.


okk, langsung saya ke kisah yang tertulis dalam buku itu.


=================================================================


Hari pernikahanku. Hari yang paling bersejarah dalam hidup.
Seharusnya saat itu aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi
yang aku rasakan justru rasa haru biru. Betapa tidak. Di hari bersejarah
ini tak ada satu pun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai
wanita. Apalagi ibu. Beliau yang paling keras menentang
perkawinanku.Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari,



“Jadi juga kau nikah sama buntelan karung hitam itu ….?!?” Duh……, hatiku sempat kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon istriku disebut buntelan karung hitam.



“Kamu sudah kena pelet barangkali Yanto. Masa suka sih sama gadis hitam,
gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya.
Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!” sambung ibu lagi.



“Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan
Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu…?” Kali ini aku
terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat
tersinggung mendengar ucapanku.



“Oh…. rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu.
baiklah Yanto. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan
seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa
perempuan itu ke rumah ini !!”



DEGG !!!!



“Yanto…. jangan bengong terus. Sebentar lagi penghulu tiba,” teguran Ismail membuyarkan lamunanku.



Segera kuucapkan istighfar dalam hati.



“Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah …akhi,” sekali lagi Ismail memberi semangat padaku.



“Aku terima nikahnya, kawinnya Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas
kawin seperangkat alat sholat tunai !” Alhamdulillah lancar juga aku
mengucapkan aqad nikah.



“Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dien. Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain.”



Dikamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun
lama.Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam.
Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah
dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.



“Assalamualaikum …. permintaan hafalan Qurannya mau di cek kapan …?”
tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam
tunduknya. Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta malam pertama
hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Quran tiap malam satu juz.
Dan permintaan itu telah aku setujui. “Nanti saja dalam qiyamullail,”
jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang berbalut kerudung
putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti
ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan
berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.



Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah istriku tidak menarik. Sekelebat pikiran itu muncul ….dan segera aku mengusirnya.



Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.



“Bang, sudah saya katakan sejak awal taaruf, bahwa fisik saya seperti
ini. Kalau Abang kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak
menyesal beristrikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan
yang banyak untuk Abang. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada
Ayahnya Imam malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada
istrinya. Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah yang
dibacakan ibunya Imam Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan
mereka,” …



Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan).
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya
kebaikan yang banyak.”(QS An-Nisa:19)




Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata
itu lekat-lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang
wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam
Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.



“Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta
dan kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai
dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas.”




Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam
dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih
menyisakan segumpal ragu.



“Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh… saya
siap menerima keputusan apapun yang terburuk,” ucapnya lagi.



“Tidak…. Sungguh sejak awal niat Abang menikahimu karena Allah. Sudah
teramat bulat niat itu. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika seluruh
keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi,” paparku sambil
menggenggam erat tangannya.



Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait doa kubentangkan pada Nya.



“Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat
mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri
karena rupa yang cantik karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi
saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa cinta sejatiku hanya akan
kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam
Jannah-Mu !”




Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap
raut wajah istriku denan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku
benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah
sejati. Ia senantiasa menegakkan malam-malamnya dengan munajat panjang
pada-Nya.

Ia senantiasa menjaga hafalan KitabNya. Dan senantiasa melaksanakan shoum sunnah Rasul Nya.

“…dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
pada Allah …” (QS. al-Baqarah:165)





Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini
hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat
yang maha Pengasih.






===================================================================





Sama kok, tenang saja kau tidak sendirian, aku juga merasakan hal
yang sama sepertimu saat pertama membaca ini. dan semoga kau teruskan
kisah ini ke saudara yang lain, jangan biarkan rantai ini berhenti di
kamu.





BANGKIT WIBISONO | BUNTELAN KARUNG HITAM??
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Toko Tensai | Agamweb | Sewa Web Indo
Copyright © 2014. Bangkit Wibisono - All Rights Reserved
Situs Resmi Bangkit Wibisono
Didukung Oleh Morosakato